Skip to content

Muli Mekhanai Bandar Lampung Siap Donor Darah

Unit Thalassemia Rumah Sakit Umum Abdul Muluk terlihat ramai sore hari ini (01/06).  Kakak-kakak muli mekhanai kota Bandar Lampung angkatan 2013 datan menjenguk adik-adik penderita thalassemia.

Kak Indra Pradya perwakilan dari Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung (Imkobal) yang juga sudah berkomitmen untuk donor darah rutin untuk penderita thalassemia, menyatakan rekan-rekan muli mekhanai Bandar Lampung siap membantu ketersediaan darah untuk penderita thalassemia.

“Waktu saya cerita selesai donor darah untuk penderita thalassemia, rekan-rekan juga tergerak untuk donor darah rutin untuk para penderita thalassemia. Kami menjenguk ke unit thalassemia RSUDAM hari ini supaya bisa melihat langsung keadaan sebenarnya. Kita siap dihubungi kapan saja saat adik-adik butuh darah”, jelasnya.

“Dan mudah-mudahan kegiatan Imkobal peduli thalassemia ini bisa berlanjut terus di masa mendatang”, harap kak Indra sesaat sebelum pulang.

Terima kasih kakak-kakak muli mekahanai Bandar Lampung 2013 sudah berkenan mengunjungi adik-adik penderita thalassemia. Semoga kegiatan ini bisa berlanjut terus menerus.  aamiin…

Ternyata adik ini sudah bisa membaca & berhitung ya kak...

Ternyata adik ini sudah bisa membaca & berhitung ya kak…

Kakak-kakak cantik ini siap donor darah.

Kakak-kakak cantik ini siap donor darah.

Berbagi keceriaan di unit thalassemia RSUDAM

Berbagi keceriaan di unit thalassemia RSUDAM

10 Pendonor untuk Satu Pasien Talasemia – Tribun Lampung

TRIBUNLAMPUNG.co.id – Komunitas Darah untuk Lampung saat ini sudah memiliki 330 pendonor tetap bagi anak penderita talasemia. Jadi, sejak organisasi ini berdiri pada 3 September 2012, tidak kurang dari 35 anak telah terbantu kebutuhan transfusi darahnya.

Pendiri komunitas Darah untuk Lampung Yopi menjelaskan hal itu dalam acara talkshow di Café Dawiels, Bandar Lampung, Kamis (9/5). Kegiatan bertema ’10 Pendonor untuk Satu Anak Penderita Talasemia’ tersebut digelar dalam rangka memperingati hari Talasemia Sedunia yang diperingati setiap 8 Mei. 

Menurutnya, perbandingan 10 pendonor dengan satu penderita disesuaikan dengan kebutuhan darah. Di mana, kebutuhan darah penderita rata-rata 1-6 kantong tiap bulannya. Angka jumlah kantong darah ini tidak pasti, tapi tetap disesuaikan dengan kebutuhan penderitanya. 

“Secara keseluruhan, angka pendonor dan penderita yang tercatat saat ini belum seimbang. Tapi, besar harapan kami, jumlah pendonor akan lebih banyak dari saat ini,” tutur Yopi. 

Yopi mengungkapkan, acara ini digelar sebagai tahapan pengenalan penyakit talasemia kepada masyarakat. Berdasarkan data, penderita talasemia di Lampung tercatat lebih dari 60 orang. Bahkan, data PMI Lampung mencatat lebih dari 150 anak menderita kelainan darah ini.

“Karena cakupan penderitanya cukup tinggi, kami berharap agar masyarakat mengenal lebih jauh tentang penyakit ini. Kepada masyarakat luas, kami juga berharap untuk memberikan partisipasinya sebagai pendonor tetap bagi anak penderita talasemia,” katanya. 

Untuk teknis pendaftaran, terus dia, masyarakat bisa menghubungi nomor telepon 081362679007 (Yopi), atau dengan mem-follow akun twitter @darah4lampung.
Yopi menjelaskan, kegiatan talkshow merupakan aksi lanjutan dari peringatan hari Talasemia Sedunia. Pada Rabu (8/5) lalu, pihaknya mengajak masyarakat melalui facebook dan twitter untuk mengubah profil gambar dan avatar-nya.
Dalam talkshow itu, komunitas Darah untuk Lampung bekerja sama dengan Akademi Berbagi (Akber) Bandar Lampung. Kegiatan yang dihadiri sejumlah komunitas ini difasilitasi oleh dr Aditya sebagai pembicara sekaligus narasumber. 
Perwakilan Palang Merah Indonesia (PMI) Lampung ini membahas sejumlah persoalan terkait talasemia. Mulai dari penyebab, pencegahan, pengobatan, hingga proses penyebarannya.

Oleh dunia medis, talasemia didefinisikan sebagai penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya, penderita talasemia akan mengalami gejala anemia, seperti pusing, muka pucat, lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.  

“Intinya, talasemia merupakan penyakit kelainan darah yang mengakibatkan penderitanya membutuhkan asupan darah melalui proses transfusi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit ini pada tubuh, sebaiknya dilakukan pemeriksaan dini melalui proses screening atau tes darah,” ungkap dr Aditya.

Editor : soni

Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m
 

Melihat Perjuangan Orang Tua yang Anaknya Terjangkit Talasemia

Optimistis Anak Tumbuh Dewasa, Transfusi Darah Jadi Pilihan Utama
Istilah talasemia mungkin masih asing di telinga beberapa orang. Ya, talasemia adalah sejenis penyakit kelainan darah. Selain berbahaya, penderita talasemia juga harus rutin transfusi darah. Seperti apa cerita orang tua membesarkan buah hatinya yang terjangkit penyakit ini?

Laporan Ari Suryanto, BANDARLAMPUNG

YAYU Rahayu dan Ade Kurniawan sepakat menjalin pernikahan tiga tahun lalu. Selang sekitar satu tahun, seorang bayi perempuan lahir dari pasangan ini.

Hari demi hari, perhatian dan kasih sayang tercurah demi pertumbuhan dan perkembangan si kecil yang mereka beri nama Nindy Aliza. Memasuki bulan keempat, Yayu merasakan suatu keganjilan. Gerakan fisik anaknya tidak begitu lincah, badannya kurus, dan terlihat pucat.

Suatu hari warga Jl. Basuki Rahmat Gg. Kamboja, Telukbetung Selatan, Bandarlampung, itu dipanikkan kondisi kesehatan anaknya yang makin mengkhawatirkan. Takut terjadi suatu hal yang fatal, dibawalah buat hatinya ke puskesmas terdekat.

’’Dari gejala yang muncul, dokter mendiagnosis anak saya menderita anemia,” ujar Yayu yang saat itu sedang berusaha mengingat awal mula penyakit tersebut diketahui menyerang anaknya.

Namun ternyata, dokter tidak dapat memastikan secara penuh bahwa si kecil benar menderita anemia. Dari situ, dokter menyarankan untuk dapat dilakukan tes lebih lanjut. Untuk meyakinkan diagnosis itu, kata Yayu, darah si kecil dites laboratorium.

Selang tiga hari, ia kembali ke dokter untuk mengetahui hasilnya. Betapa terkejut Yayu ketika dokter mengatakan penyakit yang diderita si kecil bukan anemia. Melainkan suatu penyakit kelainan darah bernama talasemia.

Alhasil, banyak pertanyaan berkecamuk dalam hati tentang penyakit apakah talasemia itu. ’’Dari situ, dokter menjelaskan bahwa penderita talasemia memiliki sel-sel darah merah yang kurang dari normal dengan bentuk sangat tidak sempurna. Selain itu, sel-selnya tidak cukup mengandung hemoglobin,” ungkapnya yang memang sedikit banyak mulai memahami penyakit yang diderita anaknya.

Dari penjelasan itu, kecemasan tentang masa depan sang anak terus timbul di benak mereka. Terlebih, hal yang membuat mereka putus asa ketika dokter mengatakan penyakit ini belum ada obatnya. Terbayang oleh mereka masa depan anaknya yang suram dengan talasemia yang disandangnya. Harapan hidup buah hatinya juga kemungkinan kecil sampai usia tua.

Namun, dokter menenangkan kegundahan mereka. Dengan transfusi darah secara teratur, maka tubuh si kecil dapat terbantu untuk mendapat sel-sel darah merah yang normal. ’’Kata dokter dengan transfusi anak saya nantinya bisa hidup seperti anak-anak lain,” ujarnya penuh keoptimisan.

Kendati demikian, belakangan disadari masalah tidak berhenti sampai di situ. Transfusi darah secara terus-menerus ternyata menyebabkan penumpukan zat besi yang menjadi racun di limpa, jantung, hati, dan organ lain pada anaknya yang kini berusia dua tahun.

Bahkan jika limpanya semakin besar, maka limpa menjadi tidak bisa membedakan sel-sel darah sehat dan sakit. ’’Namun, walau kami tahu risiko ini, transfusi darah harus tetap dilakukan pada anak saya,” papar wanita berkerudung itu.

Sejak itu, sebulan sekali, Yayu ditemani sang suami mengantarkan buah hatinya untuk memperoleh transfusi darah. Kesabaran dan ketabahan mereka benar-benar diuji dengan cobaan ini.

Tak ingin menyalahkan takdir, mereka pun menjadikan cobaan ini cambuk untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. ’’Saya tetap yakin anak saya bisa tumbuh hingga usia dewasa,” katanya.

Lantaran tak kuasa menahan sedih, Yayu tidak sanggup melanjutkan ceritanya. Namun, dia sempat menyebutkan nama Yopie Pangkey kepada wartawan koran ini. Nama orang itu adalah yang membantu Yayu dalam mencarikan darah untuk anaknya.

Beranjaklah Radar Lampung untuk mencari tahu siapa Yopie Pangkey. Radar pun lantas meutuskan untuk menghubungi dan mengajak Yopie bertemu di salah satu lobi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek (RSUDAM).

Tiga puluh menit berselang, postur tinggi tegap menghampiri Radar Lampung. Bagi yang belum mengenalnya bisa terkecoh. Lantaran saat kali pertama bertemu, Radar menduga Yopie adalah sosok berkarakter keras.

Namun, perkiraan itu salah. Karena kenyataannya justru sebaliknya. Dia memiliki hati yang lembut. Terbukti dari rasa empatinya yang tinggi bagi penderita talasemia.

Ya, terhitung sejak 3 September 2012, warga Jl. Durian No. 33, Pasirgintung, Bandarlampung, ini mulai menggagas komunitas darah untuk Lampung.

Tujuannya menyediakan stok darah bagi penderita talasemia, penyakit kelainan darah yang ditandai dengan sel darah merah mudah rusak dan membutuhkan transfusi darah rutin setidaknya sebulan sekali.

Laki-laki kelahiran Bandung, 24 Oktober 1973, ini menuturkan, pada dasarnya ide mendirikan komunitas tersebut tak hanya datang dari dalam dirinya. Tetapi hasil obrolan santai dengan teman akrabnya, Cut Nyak Nurjannah Hussein, yang saat ini pun mendirikan komunitas yang sama di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Bedanya, meski ide berasal dari keduanya, Nurjanah telah memberanikan diri untuk mendirikan komunitas darah untuk NAD terlebih dahulu sejak Juni 2012. Kemudian berkaca pada kondisi bank darah Lampung yang minim, pria berdarah Manado ini pun ikut mendirikan komunitas itu sejak dua pekan lalu.

’’Pendonor darah sukarela tetap di wilayah Lampung tergolong cukup rendah. Ini berimbas pada minimnya pasokan bank darah yang terdapat pada rumah sakit di Lampung. Belum lagi, UPT PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai sentral penyedia darah hanya dapat menyediakan sebagian kecil pasokan darah yang dibutuhkan setiap harinya,” kata dia.

Pensiunan water and sanitasi officer Palang Merah Irlandia ini mengatakan, melalui darah untuk Lampung, dirinya berusaha secara berkelanjutan memasok darah sehat ke PMI yang diberikan kepada pasien talasemia.

’’Bagi penderita talasemia, kita akan canangkan program 10 for 1 talasemia. Dengan artian, darah untuk Lampung akan berusaha menyediakan sepuluh pendonor sukarela tetap yang memiliki kecocokan golongan darah dengan satu penderita talasemia. Sehingga kebutuhan transfusi darah penderita talasemia setiap bulannya dapat terpenuhi dengan baik,” ujarnya seraya mengatakan, komunitasnya telah berhasil merangkul 330 pendonor sukarelawan. (p4/c1/whk)

Sumber: Radar Lampung

Sosialisasi Thalassemia Antarkomunitas di Lampung

Bincang-bincang tentang thalassemia dalam rangka Hari Thalassemia Sedunia 2013. Mengulas sedikit Apa itu thalassemia, hak setiap pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, program 10 pendonor tetap untuk 1 anak thalassemia.

Diadakan di kafe Dawiels, jalan Kartini Bandar Lampung. dr Aditya, M. Biomed direktur UDD PMI Lampung sebagai  Nara sumber. Difasilitasi oleh Akademi Berbagi Lampung & Darah Untuk Lampung.

Dihadiri oleh beberapa rekan & komunitas Lampung, antara lain: @BandarLampung @donordarahLPG @KlubBuku_LPG @unitedarmy_LPG @KasKus_RegLpg  @lampungheritage @AyahASI_Lampung @dawielscafe @KiluanDolphin @suryamaxima @So_Place @PusatKaosKeren @gulingbee @kelilinglampung @BE_PFL @PayungTeduh_LPG

Foto bersama sebelum pulang

Foto bersama sebelum pulang

Kak Okay dari Ayah ASI Lampung

Kak Okay dari Ayah ASI Lampung

DSC_0201@fb

Kak Winda sedang mengajukan pertanyaan.

Kak Winda sedang mengajukan pertanyaan.

Kakak-kakak Akademi Berbagi Lampung menyimak & langsung livetweet :)

Kakak-kakak Akademi Berbagi Lampung menyimak & langsung livetweet 🙂

Kakak-kakak Akademi Berbagi Lampung menyimak & langsung livetweet :)

Kakak-kakak Akademi Berbagi Lampung menyimak & langsung livetweet 🙂

dr Aditya, M. Biomed memberikan ulasan singkat tentang Thalassemia

dr Aditya, M. Biomed memberikan ulasan singkat tentang Thalassemia

Ada kakak pemenang kuis. hadiahnya jalan-jalan ke Kiluan :)

Ada kakak pemenang kuis. hadiahnya jalan-jalan ke Kiluan 🙂

Thalassemia Mayor – Harus Transfusi Darah Seumur Hidup

Welcome & Joining Pediatric Hematology Oncology in Indonesian language

Prevalensi pembawa sifat thalassemia di Indonesia sekitar 3 – 8%. Artinya 3 sampai 8 dari 100 orang Indonesia membawa sifat thalassemia. Di RSCM saja pada tahun 2006 tercatat 1300 pasien thalassemia, dengan kisaran usia 6 bulan hingga 40 tahun.

Thalassemia adalah suatu penyakit kelainan darah bawaan yang menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis). Kelainan gen ini akan mengakibatkan berkurang/ tidak terbentuknya rantai globin pembentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Akibatnya, tubuh tidak bisa membentuk sel darah yang normal, sehingga sel darah merah mudah pecah dan terjadilah anemia.

Secara klinis, terdapat tiga jenis thalassemia, yakni :

1. thalassemia mayor
2. thalassemia intermedia
3. thalassemia minor/ pembawa sifat

Fakta tentang pengobatan thalassemia

* Penderita thalassemia akan mengalami anemia sehingga selalu membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya. Jika tidak, maka akan terjadi kompensasi tubuh untuk membentuk sel darah merah. Organ tubuh bekerja lebih keras sehingga terjadilah pembesaran jantung, pembesaran limpa, pembesaran hati, penipisian…

View original post 446 more words

Thalassemia vs Darah ~Dody Agustina

THALASEMIA vs DARAH

Sampai sekarang rasanya belum ngantuk, selain terbiasa tidur malam rasanya ada yang mengganjal di hati.

Ini adalah sebuah pencerahan dalam untaian kata sederhana bagi sahabat semuanya.
Semoga bermanfaat.

Apakah sahabat sudah mengenal Thalasemia?
Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan / diwariskan. Ia mengurangi jumlah haemoglobin yang dapat dibentuk oleh tubuh,sehingga Ia menyebabkan anemia.

Thalasemia bukanlah sebuah penyakit menular, sehingga memerlukan penanganan khusus dan ruangan yang khusus.

Seorang penderita Thalasemia ( Thaler ) akan mengalami penurunan Hb setiap bulannya, sehingga memerlukan transfusi darah rutin setiap bulannya. Semakin dewasa dan bertambah berat badan, maka kebutuhan darah akan semakin banyak bahkan semakin dekat frekuensinya ( bisa dua minggu sekali ). Bisa anda bayangkan betapa repotnya bolak balik ke Rumah sakit.

Sampai sekarang belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan kelainan itu. Walaupun banyak berbagai alternatif yg ditawarkan, namun transfusi menjadi pilihan yang tepat dan terbaik sementara ini. Selama ini, berbagai alternatif yg dijalani orang tua Thaler hanya meninggalkan anak dalam kondisi parah bahkan sangat parah.

Thaler dan ortunya terdiri dari berbagai status, kalangan dan kondisi ekonomi. Yg menyamakan mereka, adalah deritanya yang mengharuskan mereka tetap datang ke rumah sakit untuk transfusi demi mempertahankan hidupnya.

Tidak berlebihan jika Transfusi darah adalah upaya untuk mempertahankan hidupnya. karena logikanya, hb Thaler akan terus menurun seiring waktu hingga mencapai nol. Jika nilai hb nol berarti tidak ada oksigen yang diikat darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Anda tentu tahu makna oksigen untuk tubuh. Seorang Thaler diharuskan Transfusi sebelum hb nya mencapai angka 8 ( normal pria 13-16 mg/dl, wanita 12-14 mg/dl). Ini dimaksudkan supaya kondisi tubuh tidak terlalu drop, transfusi darah juga tidak terlalu banyak yg pada akhirnya akan menyebabkan limpa bekerja berat karena harus mngolah sampah darah dan tubuh menjadi pucat legam karena bertumpuknya zat besi dalam tubuh.

Lalu apakah semua orang tua sanggup menjalani penatalaksanaan hidup anaknya dengan disiplin? Tentu jawabannya tidak semua sanggup.
Disaat anak sudah tampak pucat, atau anak sudah mengeluh pusing ( sebagai tanda hb mulai drop). Ternyata tidak semua orang tua bisa segera ke rumah sakit. Mereka seringkali mengalami kesulitan untuk menyiapkan biaya transfortasi, akmomodasi selama di rumah sakit, belum ditambah kerepotan harus membawa adiknya yg masih bayi, meninggalkan satu satunya mata pencahariannya. dan segudang kerepotan lainnya. Inilah yg terkadang menjadi salah satu alasan mengapa Thaler terlambat transfusi. sehingga dampak akhirnya Limpa membengkak, tubuh menjadi pucat legam, bahkan ada yang pada akhirnya meninggal di Rumah sakit.

Pada intinya Setiap Thaler memiliki satu prinsip, yaitu ” MEMPERTAHANKAN HIDUP SELAMA MUNGKIN “. Kematian seorang Thaler, bagi ortu adalah suatu kehilangan besar. bagaimana tidak, setiap hari setiap saat mereka harus memantau aktivitas anaknya, begitupun kondisi mentalnya yg lebih rapuh. Tapi Kematiana adalah kepastian.
Kematian satu orang anaknya, sudah banyak, dua anaknya sudah banyak, bahkan semua anaknya pun banyak. Saya begitu terharu ketika saya hadir dalam prosesi pemakaman anak bungsu seorang pengurus teras POPTI Lampung, ia berkata. ” Mas, akhirnya anaku semua meninggal setiap dua taun sekali”. Tampak tegar di raut wajahnya.
Apakah saya, atau ortu yang lain bisa setegar dia. Wallohu’alam. Yang pasti kehidupan ini harus diperjuangkan untuk tetap berlangsung.

Kami bersama anak anak kami,memang tidak bisa terlepas dari kasih sayang orang lain. Tp kami tidak berharap untuk dikasihani. bahkan kami sangat sedih ketika orang lain menyinggung kami, menghina kami, mengasingkan anak anak kami di sekolah dan pergaulan sehari hari, karena tubuh mereka yang berbeda. Beberapa sekolah bahkan ada yg tidak memberi pengertian kepada mereka, krn mereka seringkali izin tidak sekolah harus transfusi di rumah sakit. Tidak sedikit dari mereka harus tinggal kelas, cuti sekolah bahkan terpaksa putus sekolah, saking tidak enaknya.

Sahabatku semua, kami tidak memerlukan semua itu. kami juga tidak memerlukan bantuan hanya karena belas kasihan. Kami hanya butuh kasih sayang yg lebih dari semua orang. ini semua semata mata untuk mempertahankan hidup anak anak kami. Kami menjalani semua ini, bukan sehari dua hari, bahkan sampai mereka dipanggil Allah Ta’ala, atau kami yang mendahului mereka.

Seorang Thaler rata rata memerlukan darah 3 kantong setiap bulannya.
3 kantong sama dengan 3 orang pendonor.
bulan berikutnya 3 orang pendonor baru
Bulan ketiga 3 orang pendonor baru lagi
Bulan keempat 3 orang pendonor pertama baru bisa donor kembali.
jadi seorang Thaler memerlukan 9 orang pendonor tetap. Genap 10 orang. ( 1 orang menjadi cadangan bila yg lain ada halangan).

Jika sahabat berkenan menyayangi anak anak kami, sahabat bisa menghubungi POPTI ( Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia ), atau cabang YTI ( yayasan Thalasemia Indonesia ) di masing masing daerah.
Alhamdulillah di Lampung sudah ada Komunitas Darah Untuk Lampung,  yang mengkoordinir 10 orang pendonor tetap untuk satu oarng Thaler.

Jika ada orang lain yang begitu ketergantungan dengan statusnya untuk mempertahankan gaya hidupnya, ketergantungan dengan narkoba untuk menjaga keberanbiannya, ketergantungan jabatannya untuk memelihara kemewahannya.
maka anak anak kami ketergantungan darah untuk sekadar menyambung hidup.

Semoga bermanfaat bagi sahabat yang kiranya sudi membaca tulisan yg sederhana ini.

oleh: Dody Agustina

http://www.facebook.com/groups/416185348447252/permalink/475984245800695/

Aku

Warnai hidup

Transfusi darah untuk seorang anak Thalassemia berusia 4,5 tahun.

Aku sama seperti yang lain, penuh warna-warni dan bukan hitam putih,

Sama seperti anak-anak lain

Aku memiliki cobaan, cita-cita dan semangat,

Sama seperti anak-anak lain

Tak ada yang direnggut dari hidupku…

(foto: Yopie P.)

——————————————–

Berminat donor darah Untuk Anak-anak Thalassemia Lampung:  Klik di sini

 

Sekilas Info Darah Untuk Lampung (19/9)

  • Masih banyak adik2 #Thalassemia yang membutuhkan darah. Donor Darah khusus untuk mereka sama KERENnya dengan Donor Darah rutin massal di tempat lain.
  • Bank Darah & PMI pun akan prioritaskan adik2 Thalassemia untuk mendapatkan darah. Tetapi apa stoknya ada? Apa darahnya segar diambil hari itu juga? Bisa tanyakan ke PMI.
  • #10for1Thalassemia itu bekerjasama dengan unit Thalassemia dan UTD PMI. Kita bantu PMI dan terutama bantu adik2 kita tersebut.
  • Jadi jangan ragu sebarkan gerakan #10for1Thalassemia ke rekan2 / saudara2 kita yg lain. Gabung Donor Darah tidak dipungut biaya, pasien pun demikian.
  • Saat ini baru terdaftar 53 Pendonor sukarela untuk adik2 Thalassemia.
  • Di Lampung ada 60 anak Thalassemia, perlu ratusan pendonor lagi  khusus untuk mereka.

Darah Untuk Lampung Berbagi untuk Penderita Thalasemia

TRIBUNLAMPUNG.co.id – Hadirnya komunitas Darah Untuk Lampung sendiri terinspirasi dari keberadaan dari Darah Untuk Aceh yang resmi dibentuk pada tanggal  16 Mei 2012. Komunitas tersebut merupakan sebuah wadah perkumpulan bagi para pendonor darah sukarela tetap yang berdomisili di Aceh, dan hingga kini sudah diakui keberadaannya oleh pemerintahan setempat sebagai komunitas sosial.

Berangkat dari situ, maka terhitung sejak 3 September 2012 secara resmi Darah Untuk Lampung aktif bergerak merangkul setiap pihak untuk mau menjadi pendonor sukarela tetap. Sehingga harapannya, dedikasi ini dapat membantu PMI dalam pemenuhan kebutuhan  darah yang sangat minim, terlebih kepada pihak pasien.

“Kita bentuk wadah ini, komunitas ini sebagai tempat berkumpulnya para pendonor sukarela tetap di wilayah Lampung. Dan tentu saja, kita akan terus mengajak semua lapisan masyarakat untuk bergabung dan kita rangkul untuk memahami pentingnya donor darah bagi mereka saudara-saudar kita yang membutuhkan,” jelas penanggungjawab Darah Untuk Lampung Yopie Pankey, Jumat (14/9).

Namun secara spesifik, sambung Yopie, yang membedakan komunitas Darah Untuk Lampung dengan komunitas pendonor lainnya yaitu pada fokus komunitas ini untuk membantu ketersediaan darah secara berkelanjutan bagi penderita Thalasemia. “Seperti diketahui, penderita salah satu jenis penyakit kelainan darah ini keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada transfusi darah rutin tanpa terputus. Tugas kita membantu keluarga pasien menyuplai dan menjaga stok darah selalu ada bagi mereka,” jelasnya. (heru prasetyo)

Editor : muhammadazhim

Komunitas Darah untuk Lampung Ajak Masyarakat Bantu Sesama

TRIBUNLAMPUNG.co.id – Hingga kini, pendonor darah sukarela tetap di wilayah Provinsi Lampung tergolong cukup rendah. Hal ini pun akirnya berimbas kepada minimnya pasokan bank darah yang terdapat pada rumah sakit di kabupaten/kota di Lampung. Belum lagi, UPT PMI sebagai sentral penyedia darah hanya dapat menyediakan sebagian kecil pasokan darah yang dibutuhkan setiap harinya.

Berbagai alasan pun menyeruak ke permukaan sebagai penyebab mengapa keenganan menjadi pendonor masih ada. Minimnya aksesbilitas ke tempat fasilitas donor, terbatasnya pengetahuan akan dampak posotif donor darah nyatanya menjadi peyebab, Lampung selalu kekurangan pasokan darah. Dan masih banyak lagi mitos-mitos keliru tentang donor lainnya yang berkembang di masyarakat yang membuat masyarakat berpikir ulang menjadi pendonor sukarela.

“Dan di sini, Darah Untuk Lampung mencoba bergerak untuk berperan serta aktif membantu PMI dan pihak terkait guna memenuhi kebutuhan berbagai jenis golongan darah demi kepentingan transfusi darah,” urai penanggungjawab Komunitas Darah Untuk Lampung Yopie Pangkey, Jumat  (12/9/2012).

Kegiatan yang dilakukan komunitas Darah Untuk Lampung, jelas Yopie, tidak sebatas melakukan donor darah rutin setiap tiga bulan sekali. Lebih dari itu, yang paling utama adalah bagaiman memberikan pemahaman betapa pentingnya melakukan donor darah bagi keberlangsungan hidup sesama.

“Apalagi bagi pemilik rhesus negatif yang cukup langka, kami menghimbau agar kiranya mulai saat ini menabung darah agar jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan pasokan rhses negatif sudah tersedia di PMI,” sarannya.(heru prasetyo)

Editor : muhammadazhim

Source: Tribun Lampung